
Ust. Abu Fitran
Pagi-pagi klakson mobil sudah berbunyi di depan rumah, ternyata Mobil Ust. Abu Fitran sudah menjemput untuk berangkat ke kantor Institut Kemandirian di bilangan Karawaci Tangerang. Alhamdulillah hari itu saya tidak harus naik motor berangkat ke Kantor yang sangat melelahkan setiap hari menempuh jarak Bogor-Karawaci Tangerang. Sepanjang jalan beliau menuturkan kata-kata hikmah yang memberikan motivasi dalam mengarungi biduk kehidupan.
Ada hal yang sangat menarik selama perjalanan dengan Ust. Abu, “ Saya memilih pekerjaan ini adalah untuk dakwah, bahkan rumah saya untuk umat”, kata beliau sambil terus menyetir mobil. Sebelum menjadi instruktur mengemudi, beliau pernah membuka usaha konstruksi, kerja di bank dan pernah menjadi menejer sebuah hotel swasta di Kota Madina Arab Saudi. Riwayat pendidikan beliau sebelum lulus jurusan Bahasa Arab Universitas Madina, pernah kuliah arsitek di Universitas Atmajaya tahun 1991, terus mengambil jurusan perbankan di Perbanas, dan lulus sekolah perhotelan serta pilot dari Australia. Lahir di Jakarta, 23 Desember 1971 dan tinggal lama di lingkungan Istana Negara pada jaman Presiden Soeharto sampai usia SMA karena Bapak beliau, Djoko Sutono bekerja sebagai kepala rumah tangga istana. Setelah mengalami proses panjang dimulai dengan merasa tenang ketika mendengar adzan sampai perkenalannya dengan salah seorang pegawai honorer istana yang membawa beliau masuk Islam saat masuk usia kuliah. (Hidayah Titisan Yahudi, Tabloid Al Hikmah edisi 74 September 2012).

Ust. Abu Fitran dan Pak Willy
Pelajaran yang tidak kalah penting selama perjalanan adalah kata-kata pencerahan tentang bagaimana menyikapi hidup untuk selalau tawakal pada Allah SWT. Menafkahkan rezeki siang dan malam sampai harus berusaha sedekah dalam keadaan lapang dan sempit. Pengalaman hidup beliau menguatkan untuk selalu yakin bahwa Allah SWT akan selalu memberikan rezeki kepada umatnya. Ustad Abu Fitran mencotohkan, sebelum menikah beliau pernah memberikan rumah kepada temannya yang membutuhkan, setelah tiga bulan ada orang yang membelikan rumah kembali di tempat lain. Kejadian tersebut berulang sampai tiga kali, itulah kekuasaan Allah SWT katanya.
Ketika kembali diulang pertanyaannya mengapa memilih pekerjaan sebagai instruktur mengemudi di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa dan usaha rental mobil, jawabnya ada nilai dakwah dalam pekerjaan saya. Selama menjadi instruktur beliau bisa menambah hafalan Al qur’an dan membina peserta dalam menjalankan sholat tepat waktu. Selain itu bisa memberikan motivasi kepada peserta pelatihan agar tetap semangat dan sabar menjalani hidup. Beliau selalu memberikan contoh pengalaman hidupnya bisa membeli rumah seharga 500 juta dan mobil 4 untuk usaha rentalnya, semua itu adalah rezeki dari Allah SWT. Usaha rental mobil pun beliau jadikan ladang dakwah, dan tidak keberatan jadi sopir mengantarkan pelanggan terutama yang baru. Usahanya tidak hanya mencari keuntungan semata, ada misi sosial untuk membantu masyarakat, misalnya mengantar orang sakit tanpa dipungut biaya sewa. Banyak pelanggan yang menyewa mobil beliau kembali memperhatikan sholat jamaah di masjid meskipun dalam perjalanan .Hal inilah nilai dakwahnya, beliau selalu meminta waktu kepada pelanggan untuk sholat di masjid ketika diperjalanan.

Ust. Abu Fitran dan Pak Willy
Tidak terasa mobil sudah nyampe kantor, Alhamdulillah banyak hikmah yang didapat selama perjalanan. Inilah semangat pencerahan yang memberikan motivasi untuk selalu tawakal atas usaha yang kita lakukan. Manusia punya rencana, Allah lah yang menentukan keberhasilan rencana kita. Dakwah itu tidak harus ceramah yang dihadiri banyak orang, dalam pekerjaan pun pastikan ada nilai dakwahnya. Sampaikanlah …walau satu ayat……..
mantap..kapan nih staf IK mandiri dan bisa seperti ustad abu?
assalamu’alaikum.wrwb.