Si Ustadz ‘Pijat’ dari Desa Jabon Mekar

Institutkemandirian.org – Malam tanggal 5 November 2012, sekitar 15 orang para pemuda-pemudi tangguh (siswa IK-DD) duduk di atas karpet merah Selasar Asrama Wakayapa. Dengan suasana yang santai tapi tetap serius, mata mereka fokus menatap whiteboard dan sosok seorang pria religius dihadapannya. Lelaki itu tubuhnya tidak terlalu tinggi dan juga kurus. Ciri khasnya selalu mengenakan ‘topi dinas’ yaitu peci berwarna putih. Tutur katanya lembut begitu juga dengan sikapnya. Pria sederhana tersebut adalah Kang Nana. Kadang teman-teman yang lain memanggilnya dengan Ustadz Nana. Beliau adalah satu diantara siswa pelatihan kelas Fashion & Design Angkatan ke VI Institut Kemandirian Dompet Dhuafa. Selain belajar tentang jahit dan desain pakaian, Kang Nana masih mau membagi ilmu agama yang Ia miliki kepada siswa lainnya dan manajemen IK-DD. Hal inilah yang membuat kami bangga. Karena Kang Nana tidak hanya membantu proses pembelajaran karakter tetapi juga bisa dijadikan teladan bagi rekan-rekannya.

Pendidikan formal terakhir Kang Nana adalah lulusan SD di Bogor. Anak ke 3 dari 4 bersaudara. Tinggal di Desa Jabon Mekar Kabupaten Bogor. Kang Nana yang tahun ini berusia 32 tahun adalah pria yang rajin belajar ilmu agama sejak dini. Tentang ekonomi keluarganya, mereka tidak mau menyerah. Dengan kompak dan komando dari sang ayah, akhirnya hari demi hari kebutuhan keluarga bisa terpenuhi walaupun tidak banyak. Orangtuanya juga selalu memberikan bekal agama bagi Nana. Kegigihan orangtuanya dijadikan pelecut bagi Nana untuk bisa menjadi orang yang lebih baik lagi tiap saat dan bisa memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Dan setelah belajar dari majelis ke majelis (satu diantaranya pernah belajar di pesantren Al-Muthminnah di desanya), Nana memilih melanjutkan belajar di IK-DD. Nana berharap dengan belajar di IK-DD, Ia bisa membantu keuangan keluarga. “Selain kakak, saya adalah tumpuan bagi Abi, ummi dan adik” ujarnya. Lalu Ia menambahkan, “jadi saya harus segera bisa bantu, ya salah satunya ikut belajar jahit di IK ini”. Dan seperti siswa lainnya, Kang Nana juga memiliki impian membuka usaha yang nantinya bisa membantu warga sekitar.

Aktifitas pengajian yang rutin diadalakan tiap pekan adalah satu diantara program character building dari Institut Kemandirian Dompet Dhuafa. Program ini sangat bermanfaat bagi para siswa. Ditambah sejak tanggal 5 November 2012 tersebut dimulai juga pelatihan gratis bahasa Arab bagi siswa yang juga diajarkan oleh Kang Nana dan rekannya. Untuk mengetahui pembangunan atau pendidikan karakter, ada kutipan singkat dari Prof . Suyanto Ph.D dalam laman Kemendiknas :

“Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.”

Dengan semangat dan penuh pengharapan, Fepti, satu diantara peserta pengajian berkomentar, “Saya senang ada pengajian, apalagi saya belum pernah belajar makhrojul huruf. Cara penyampaian Ustadz Nana mudah dicerna. Saya ingin program ini terus berlangsung dan Ustadz Nana harus tetap semangat”.

Masih di Selasar Asrama Wakayapa, waktu sudah mendekati jam 8 malam. Perut sebagian para peserta sudah ‘mengirim SMS’ yang berisi : saatnya makan malam. Akhirnya, Ustadz Nana yang diberikan bakat pijat, mengkaji kembali materi yang tadi diberikan kepada peserta. “Kita ulang ya ..jadi tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Sedangkan makhrojul huruf adalah suatu nama tempat yang mana tempat tersebut huruf dibentuk dan diucapkan” ulangnya kepada para peserta. Tidak lama kemudian, pengajian ditutup dan Alhamdulillah satu kebaikan sudah diberikan kepada orang lain. Semoga kebaikan tersebut berbalas pahala dari Alloh ta’ala untuk Ustad ‘pijat’ kita dan juga bisa dijadikan inspirasi bagi kita..amiin. (arlin)

Bagikan konten ini: