Oleh: Akhmad Zaenudin *
Belum lama saya mendapat SMS dari Dokter Agung, Kepala Poli Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa ( RST DD ), yang kurang lebih seperti ini bunyinya “ Mas Zaenudin, ada pasien RST yang membutuhkan kaki palsu, bagaimana syarat nya? Gratiskah? “ dan berbagai pertanyaan lainnya. Saya sampaikan untuk mendapatkan kaki palsu di Institut Kemandirian adalah Gratis karena saat ini di Institut Kemandirian sedang ada program Donasi kaki Palsu Gratis, Program ini hasil kerjasama Dompet Dhuafa dan Adira Insurance. Selanjutnya kami koordinasi dengan para Dokter di RST dan dengan para calon penerima kaki palsu. Kami menyepakati untuk melakukan pengukuran kaki pada tanggal 21 Agustus 2013 di RST, Parung Bogor.
Ada dua orang yang kami ukur waktu itu, Marni ( 14 tahun ) dan Muhammad Ali Sadikin ( 33 tahun ).
a. Cerita Marni
Agustus 2012 boleh jadi adalah bulan dan tahun yang tidak akan terlupakan oleh Marni, anak perempuan kelas enam Sekolah Dasar Binong Desa Iwul kabupaten Bogor. Malam itu Marni sedang berjalan menyusuri rel kereta api untuk menuju ke Surau bersama temannya. Sambil bercanda dan mendengarkan lagu lagu kesukaanyan melalui Headset yang terpasang rapat ditelinganya, sedang asyiknya mereka berjalan tak disangka ada kereta api dari arah belakang mereka, gemuruh suara kereta dan klakson kereta ternyata tak terdengar oleh mereka, setelah dekat barulah teman Marni sadar akan adanya kereta, temannya tersebut berusaha menyelamatkan Marni dengan langsung mendorong Marni ke samping, akan tetapi teman Marni malah menjadi korban tertabrak kereta hingga meninggal dunia setelah menyelamatkan Marni…. dan ……Naas juga buat Marni, rel kereta ganda disamping pun ternyata sedang dilalui oleh kereta hingga akhirnya kaki Marni pun terlindas roda kereta api….
Kegiatan sekolah tidak dapat dia lakukan karena harus menjalani amputasi dan perawatan, bahkan ujian sekolah pun tidak dapat dijalaninya. Saat ini Marni berhenti sekolah dengan status belum lulus dari Sekolah Dasar.
Setelah selesai dilakukan proses pengukuran kaki, tak lupa saya berpesan kepada dia untuk bisa melanjutkan sekolahnya , Skolah lagi ya… “ saya janji mau sekolah lagi pak setelah bisa berjalan kembali ” katanya dengan mata berbinar, terbayang dia akan bisa berjalan kembali kesekolah meskipun dengan bantuan kaki palsu.
Semua sudah takdir, tapi memakai headset sambil berjalan ataupun mengendarai kendaraan adalah bukan pilihan yang bijak ataupun bisa dikatakan suatu hal yang sangat membahayakan bagi diri dan orang lain. karena alam pikiran kita bisa lebih fokus pada suara yang ada di Headset dibandingkan dengan yang kita hadapi saat itu.
b. Cerita Ali
Sama seperti Marni, kaki Ali diamputasi juga karena kecelakaan. Agustus 2010 juga menjadi bulan dan tahun yang tak terlupakan oleh Ali. Saat itu Ali mengalami kecelakaan jatuh dari motor di dekat rumahnya daerah Bogor. Hampir tiga tahun Ali berobat ke berbagai tempat , dari tukang urut sangkal putung sampai dengan dukun dia datangi akan tetapi belum sekalipun Ali mengobati sakitnya ke dokter. Setelah berobat keberbagai tempat, kaki Ali memang sudah terlihat sembuh, akan tetapi Ali masih tetap merasakan sakit yang sangat luar biasa. Dalam kondisi tersebut Ali tetap tegar untuk terus berupaya mengobati sakitnya. Bahkan untuk membiayai pengobatannya rumah dan tanah yang dimiliki keluarga pun dijual untuk membiayainya. Usaha satu satunya yaitu budidaya lele yang ia tekuni mengalami kebangkrutan karena tiada yang mengurusnya. Suatu hari ada tetangga yang menyarankan untuk diperiksakan ke dokter, akan tetapi karena harta benda yag dia miliki sudah habis, niat itupun akhirnya tertunda. Hingga akhirnya ada yang menyarankan Ali untuk mendaftarkan diri di RST DD, selain gratis untuk dhuafa pelayanannya pun memuaskan pasien.
Setelah resmi menjadi anggota RST DD, Tim Dokter pun melakukan pemeriksaan dan Rongent terhadap kaki Ali dan hasilnya sangat mengagetkan Ali dan keluarga , kaki Ali yang dari luarnya terlihat sudah sembuh ternyata didalamnya terkena infeksi tulang. Tulang sampai berwarna hitam seperti arang dan apabila tidak dilakukan amputasi bisa menjalar ke atas. Keputusan yang sangat menyakitkan buat Ali , akan tetapi dengan motivasi dari dokter RST DD dan keluarga, Ali bisa menerima keputusan itu. Hingga akhirnya pada bulan April 2013 Tim Dokter RST DD mengamputasi kaki kanan Ali.
Dalam proses pengukuran kakinya, Ali menyampaikan kepada saya akan keinginannya untuk bisa mempunyai aktifitas seperti sedia kala yaitu Budidaya ikan lele…, semoga harapan harapannya bisa terwujud. Amien.
Pengukuran sudah kami lakukan , selanjutnya tim produksi akan membuatkan kaki untuk mereka…..Marni dan Ali, dan para penyandang disabilitas lainya…
Semoga bermanfaat.